Hosnews.id – Nama Arya Damar tak akan pernah pudar dari sejarah Kerajaan Majapahit.
Dia adalah seorang pemimpin legendaris yang berkuasa di Palembang pada pertengahan abad ke-15 Masehi sebagai bawahan Kerajaan Majapahit.
Dia juga banyak dikenal dengan nama lainnya seperti Ario Damar atau Ario Abdilah.
Mengutip dari buku Brawijaya Moksa, Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit.
Ceritanya, suatu hari Arya Damar menerima pesan dari ayahnya yaitu Raja Majapahit Prabu Brawijaya V untuk menjemput istri selir nya yaitu Dewi Kian dan bayi yang dikandungnya untuk dititipkan di Kadipaten Palembang.
Sang Baginda merasa yakin bahwa putranya Raden Arya Damar mampu merawat, mendidik, dan membesarkan putra Dewi Kian dengan baik, yakni di istana kecil Palembang.
Sesuai pesan Ramandanya, maka pada waktu yang ditentukan, Raden Arya Damar datang ke Pelabuhan Gresik untuk menjemput Dewi Kian.
“
Mari Tuan Putri naik ke kapal laut lalu kita langsung berangkat ke Palembang,” ujar Raden Arya Damar mempersilakan Dewi Kian.
“Terima kasih!” jawab Dewi Kian sambil memandang Arya Damar, putra Prabu Brawijaya V dengan istri selirnya Dewi Dilah.
Pertama kali melihat sosok Dewi Kian, Arya Damar yang sudah tumbuh menjadi pemuda dewasa itu, mengakui bahwa pilihan Kanjeng Ramanya terhadap perempuan dari Negeri Tirai Bambu itu tak keliru.
Dewi Kian adalah seorang yang berpenampilan menarik, anggun, dan memancarkan aura cahaya yang penuh dengan keindahan
“Kanjeng Rama memang pintar dalam memilih perempuan-perempuan cantik yang dinikahinya, terutama sosok Dewi Kian ini,” kata hatinya.
Tetapi, Arya Damar sembari mengingat isi pesan yang dititipkan Sang Prabu kepada dirinya yaitu tak boleh menyentuh-nya sampai Dewi Kian melahirkan si jabang bayi dari rahimnya. (Syaif/Red)