Sejarah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi – KH Ahmad Asrori adalah pendiri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fitrah Kedinding Surabaya.
Beliau masih ketururan Sunan Giri Gresik, maka dari itu beliau memiliki gelar Al-Ishaqi yang mengambil nama Maulana Ishaq ayah Sunan Giri.
Dan KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi merupakan putra dari kyia Ustman Al- Isahaqy pengasuh pondok pesanten Al-Fitrah Kedinding surabya.
lebih tepatnya di kelurahan kedinding lor terletak di kecamatan kenjeran kota surabaya, diatas tanah kurang lebih 3 hektar.
Berdirilah pondok pesantren Al-Fitrah yang diasuh KH Ahmad Asrori Al-Ishaqy, nama Al-ishaqy dinisbatkan kepada Maulana ishaq, ayah dari sunan Giri, karena masih keturanan Sunan Giri.
Baca Juga : Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara
DAFTAR ISI PROFIL KH. AHMAD ASRORI AL-ISHAQI :
- Keahlian
- Nasab
- Wafat
- Keluarga
- Pendidikan
- Mendriikan pesantren
- Mursyid Tarekat Qadiriyah Wanaqsybandiyah
- Teladan
Kelahiran KH. Ahmad Asrori
Sejarah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi Lahira pada tanggal 17 Agustus 1951di surabaya, Beliau merupakan putra ke-empat dari sepuluh bersaudara, Ayahnya bernama KH.Ustman Al-Ishaqi, seorang Mursyid Tarekat Qadiriyah Wanaqsybandiyah dan juga seorang pengasuh pesantren Al-Fitrah kedinnding Surabya.
Kelurahan lor terletak di Kecamatan Kenjeran kota surabay.
Nama Al-Ishaqi dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah dari sunan giri, karena Kh. Ustman masih keturunan sunan giri.
Nasab KH. Ahmad Asrori
Sejarah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi – Muhammad Ustman – Surarti – Abdullah – Mbah Deso – Mbah jarangan – Kiageng Mas – Ki Penembahan Bagus – Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana – Penembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis Guo – Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ali Nurul Alam – Barokat Zainul Alam – Jamaluddin Al Akbar Al Husain – Ahmad Syah Jalul Amri – Abdullah Khan Abdul Malik – Alwi – Muhammad Sohib Mirbath – Ali Kholi’ – Qasam – Alwi – Muhammad – Alwi – Ubaidillah – Ahmad Al-Muhajir – Isa An Naqib Ar Rumi – Muhammad An Naqib – Ali Al-Uraidin – Ja’far Assodiq – Muhammad Al-Baqir Ali Zainal Abidin – Husain Bin Ali – Ali Bin Abi Thalib – Fatima Binti Rasulallah.
Wafatnya KH. Ahmad Asrori
KH.Ahmad Asrori Al-Isahaqi wafat pada tanggal 18 Agustus 2009, Jenazah beliau di makamkan dilingkungan pondok pesantren Al-Fitrah kedinding surabaya.
Kepergian KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi terdengar keseluruh pelosok Indonesia, Malaysia, Singapure, Brunei, Hongkong dan Australia.
Hingga mereka langsung datang ke pondok pesantren Al-Fitrah untuk membakan do’a, tahlil dan yasinan Wanaqsabaniyah Al Usmaniyah.
Keluarga KH. Ahmad Asrori
Sejarah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi melepas masa lajangnya dengan menikah HJ. Sulistyowati, Buah dari pernikahannya dia dikaruniai lima anak (2 laki, 3 putri), diantranya.
- Siera Annadia
- Sefira Assalafi
- Ainul Yaqin
- Nurul Yaqin
- Siela Assabarina
Pendidikan KH. Ahmad Asrori
Sejarah KH. Ahmad Asrori Al-Isahaqi memulai pendidikannya di Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan jombang jawa timur.
Setelah selesai, beliau kemudian melanjutkan dengan belajar di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Pare, Kediri, Jawa timur.
Kemudian melanjutkan lagi degan belajar di Pondok Peantren Al-Munawwir Yogyakarta, hingga pendidikan terakhirnya, di Pondok Pesantren Buntet, cirebon, Jawabarat.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesannten Al-Fitrah Surabaya
Setelah memgang posisi mursyid dan melanjutkan aktivitas pengajian di kediaman sang ayah di jatipurwo, Surabaya, KH.Ahmad Asrori Al-Ishaqi awalnya hanya menerima bebrapa anak yang dititipkan jamaah pengajian tarekat untuk belajar agama.
Lambat laun, semakin banyak anaknya yang dititipkan para jamaah untuk belajar. Kyiai Asrori kemudian berinisiatif memindahkan akvitasnya tarekatnya ke kedinding lor pada tanggal 1985.
Ditempat ini,ia memiliki sepetak lahan yang atasnya kemudian dibangunlah ponpes. Seiring bergulirnya waktu, Ponpes Al-Firah pun semakin berkembang dan kini menempati lahan seluas 3 heaktar.
Tentu saja, pembangunan dan perluasan ponpes ini dilakukan secara bertahap, baik dengan menggunakan dana pribadi maupun sumbangan dari para santrinya.
Dengan jumlah santri kurang lebih dari 300 orang,Ponpes Al-Fitrah kini mengelola semua jenjang pendidikan, mulai dari TK, Madrah Ibtidaiyah, Aliyah Muadalah, Ma’had Aly, Taman pendidikan Alquran (TPQ), Hingga Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fitrah.
Selain untuk sara pendidikan, ponpes ini sering digunakan sebagai tempat untuk mengelar acara besar tarekat, seperti haul akbar yang dihadiri ribuan pengikut tarekat Qodiriyah Wanaqsyabandiyah.
Beberapa politisi kondang negeri ini pernah brkunjung ke ponpes ini. Namu, hal itu tak lantas membuat Kyiai Asrori jemawa lalu terseret kepolitik praktis.
Dikalangan orang-orang terdekatnya, Kyiai Asrori dikenal sebagai seseorang yang tak haus publikasi, Ia pun sangat jarang marah seperti pernah dikatakan sang istri, Nyai Mtia, bahwa suaminya adalah sosok yang sangat menghormati orang lain.
Mursyid Tarekat Qadiriah Wa Naqsyabandiyah
Sejarah KH. Ahmad Asrori : Sang ayah adalah salah satu dari tiga pimpinan tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah. Dua mursyid lainnya adalah KH. Makki dari Karangkates, Kediri, dan KH. Bahri dari Mojosari, Mojokerto.
Sepeninggal KH. Utsman pada 1984, kepemimpinan tarekat dilanjutkan oleh KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi. Estafet kepemimpinan tarekat kepada Kiai Asrori memang sesuai dengan wasiat Kiai Utsman.
Saat itu, KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi berusia 30 tahun dan dinilai masih terlalu muda untuk menjadi seorang mursyid.
Namun, berkat kecerdasan dan ketawadhuannya (rendah hati), ia berhasil menjalankan perannya sebagai pemimpin tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah. Sikap istiqamahnya menjadi panutan jamaah tarekat dari seluruh dunia.
Di bawah kepemimpinan Kiai Asrori, tarekat Qodariyah Wa Naqsyabandiyah berkembang pesat, terutama di Indonesia.
Terlebih, setelah dua kepemimpinan tarekat di Kediri dan Mojokerto mulai terseret dunia politik.
Tarekat Qadariyah Wa Naqsyabandiyah pimpinan Kiai Asrori pun menjadi alternatif di kalangan penganut tarekat karena dianggap lebih netral dan mengayomi umat.
KH. Ahmad Asrori Teladan Para Santri
Oleh para sahabat, santri, dan para pengikutnya, KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi dikenal sebagai pribadi yang memiliki kesantunan luar biasa. Tak hanya di kalangan tarekat dan ponpes, Kiai Asrori juga mampu bergaul dengan kalangan profesional melalui pendekatan yang dianggap kalangan pondok tidak lazim.
Keluwesan sang kiai menyampaikan pesan Islam membuat beberapa kalangan profesional terpikat untuk bergabung ke dalam tarekat. Wijsnu menyebut, cukup banyak murid Kiai Asrori yang berlatar belakang akademisi, arsitek, pejabat, hingga pengusaha.
Bahkan, sejumlah warga keturunan Tionghoa dari Surabaya dan Semarang pun tertarik mengikuti pengajian beliau. Mereka tertarik mendengarkan petuah-petuah sang kiai karena pesan yang ia sampaikan selalu menyejukkan dan tidak pernah memvonis.
Akhir Kata :
Nah, itulah sekilas Sejarah KH. Ahmad Asrori mulai dari awalal perjuangan dan juga silsilah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi.
Oke, saya kira hanya itu yang admin bisa berikan kepada teman-teman, selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Sumber : Laduni.id