SITUBONDO – Hasyim As’ari, atau yang kerap dikenal dengan sebutan ‘Bang Encing’, mengaku kecewa atas pelayanan IHC Rumah Sakit Elizabeth (RSE) Situbondo, Jawa Timur.
Bukan tanpa alasan, hal ini ia katakan ketika pasien atas nama Suryono yang menjadi saudaranya itu berterus-terang, telah menerima layanan yang kurang memuaskan saat menjalani rawat inap di ruang Ametis selama beberapa hari.
“Pasien ini sudah dua hari berada di RS Elizabeth. Selama disana, ia merasa kecewa sehingga minta pindah ke rumah sakit umum. Saat tadi kami menjenguk, ia mengeluh seperti itu,” terang Bang Encing. Senin, (15/07/2024) malam.
Selain itu, dirinya pun mengungkap kondisi penderita pada saat badannya terasa mulai kambuh. Menurutnya, pasien yang memakai fasilitas BPJS kesehatan tersebut malah sampai terlihat meronta-ronta kesakitan serta berkehendak ingin pulang.
“Bahkan ia sudah mau keluar (pergi) dari RS Elisabeth. Ini jelas, karena tidak cepat segera di tangani. Sehingga, ia sudah gak kuat lagi dan meminta pulang,” bebernya.
Berdasarkan keterangan warga Mimbaan, RT:03/RW:12, Kecamatan Panji ini, dugaan lamban dan kurang optimalnya penanganan RS Elizabeth bermula dari saudaranya yang terbaring merintih kesakitan.
Sampai-sampai, dirinya terpaksa mendatangi perawat dan menyarankan beralih rumah sakit. Alhasil, meski dengan banyak perdebatan, RS Elizabeth tetap kekeuh mempertahankan agar pasien senantiasa ditempat.
‘Ya saya nggak mau, karena saya menduga akan timbul tambah parah penyakitnya nanti. Mental pasien, sudah nggak krasan. Sampai akhirnya saya dimintai tanda tangan untuk rujukan pindah ke rumah sakit umum. Akhirnya ya disetujui, biarpun harus banyak berdebat,” tandasnya.
Dalam pernyataan berikutnya, ia pun kemudian menyorot rintihan saudaranya tersebut dengan menduga bahwa pihak RS Elizabeth terindikasi memonopoli para dokter spesialis penyakit dalam yang melayani pasien kelas tertentu.
“Kalau memang tidak mampu melayani banyak pasien, lebih baik RS Elizabeth ini mendatangkan lagi dokter spesialisnya untuk penyakit dalam. Tenaga dokter spesialis harusnya perlu ditambah, kalau memang dirasa kurang. Biar warga Situbondo yang punya penyakit, bisa cepat terbantu disembuhkan,” ujarnya.
Tak cukup sedemikian Bang Encing memaparkan, sebab dalih dari pihak RS Elizabeth dalam penyampaian saat ajang debat, menurutnya beralasan masih menunggu dokter. Padahal, dokternya pun tidak pernah ada kepastian kapan mau menjenguk pasiennya.
“Ini sudah dua hari lamanya. Kunjungan dokter ke kamar pasien, masih tetap tidak ada kepastiannya. Kan kasihan saudara saya yang sakit itu, Mas,” lontarnya.
Tak hanya itu yang diuraikan Bang Encing, hal ini ia lakukan agar tidak terjadi lagi korban berikutnya yang lebih banyak dari warga Situbondo khususnya.
“Karena apa? Ketika di situ pelayanannya lambat, maka ini urusan nyawa. Kasihan, bisa-bisa nyawa warga Situbondo melayang kalau sampai dua hingga tiga hari tidak dilayani secara optimal,” pungkasnya.
Dilain pihak, Todi, selaku Humas RS Elizabeth Situbondo ketika dikonfirmasi menyampaikan bahwa petugasnya pada waktu itu sudah melakukan pelaporan kepada dokter penanggung jawab.
“Tadi memang dokter penanggung jawab pasien tersebut, akan melakukan visite (kunjungan) setelah praktik Poli selesai, sambil lalu menunggu. Ter-info juga, pasien sudah diberikan terapi anti nyeri,” kilahnya.
Terkait prosedur, sergah Todi, rujukan ke RS lain memang alurnya harus melalui persetujuan dokter penanggung jawab bisa/tidaknya.
“Petugas kami, sudah sesuai prosedur untuk menginfokan terlebih dahulu ke dokter penanggung jawabnya,” tutup Todi, Humas RS Elizabeth Situbondo.
Pewarta: Agung Ch