BANGKALAN – Sejumlah siswa MI Diniyah Al-Ghozali Dusun Kolla, Desa Paterongan, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan, terpaksa meninggalkan sekolah saat hendak mengikuti ujian, Kamis (23/01/25).
Mereka diusir lantaran belum melunasi iuran sekolah, tanpa adanya toleransi dari pihak madrasah. Diketahui, iuran sekolah yang harus dibayarkan bervariasi, mulai dari Rp300 ribu hingga Rp700 ribu per siswa.
Kebijakan tersebut memicu kekecewaan dan kemarahan beberapa wali murid yang merasa anak-anak mereka diperlakukan secara diskriminatif oleh sekolah.
M. Tomin (42), salah satu orang tua siswa, mengungkapkan bahwa anak-anak yang diusir berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi sulit. Ia sendiri mengaku belum mampu melunasi iuran sekolah karena istrinya baru saja melahirkan.
“Pengusiran ini dilakukan karena anak-anak kami belum melunasi iuran, pihak sekolah tidak mengizinkan mereka untuk ikut ujian,” papar Tomin, Sabtu (1/2/25).
Lebih parahnya lagi, anaknya kini enggan kembali ke sekolah akibat perlakuan tersebut.
“Anak saya mengaku disoraki oleh teman-temannya saat diusir oleh pihak sekolah, dan kini merasa malu untuk kembali sekolah,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu siswa yang diusir mengaku kecewa dan sedih atas perlakuan sekolah.
“Saya disuruh pulang karena belum lunas iuran. Kata guru, kalau belum bayar tidak boleh ikut ujian,” ungkap siswa tersebut.
Saat dikonfirmasi via telepon, pihak sekolah tak menampik telah mengusir siswa yang belum melunasi iuran. Keputusan ini disebut telah melalui rapat bersama.
“Iya betul, kami menyuruh pulang anak-anak yang belum melunasi iuran. Ini sudah berdasarkan keputusan rapat agar supaya orang tua murid mau melunasi iuran sekolah,” ungkap Mukmin, yang menjabat sebagai Tata Usaha (TU) di sekolah tersebut. (Ven)