SITUBONDO – Nama Hasyim As’ari atau yang familiar disapa dengan panggilan Bang Encing lantang mengeluhkan pelayanan IHC Rumah Sakit Elizabeth (RSE) Situbondo yang dinilai lamban dan kurang memuaskan.
Pengalaman ini terjadi, ketika pasien atas nama Suryono yang diakuinya sebagai saudaranya itu memakai fasilitas JKN BPJS Kesehatan, tengah menjalani rawat inap di ruang Ametis selama beberapa hari.
“Kami atas nama warga Situbondo (menyarankan), supaya RS Elizabeth tidak membeda-bedakan pelayanan antara membayar melalui asuransi BPJS maupun umum. Karena semua itu sama-sama bayar,” sindir Bang Encing. Jum’at, (19/07/2024) siang.
Anjuran itu disampaikan kata dia, agar kualitas penanganan dalam pelayanan sebuah rumah sakit milik PT Pertamina Bina Medika IHC ini, dapat berubah lebih baik lagi untuk ke depannya.
“Tentunya kami akan bersuara terus, jika RS Elizabeth pelayanannya tidak baik. Terbukti, keluarga kami ditelantarkan secara medis selama dua hari,” geram Bang Encing.
Untuk itu, dirinya berharap agar pihak RS Elizabeth Situbondo yang saat ini dikelola oleh PT Nusantara Sebelas Medika tersebut, bisa segera meminta maaf secara terbuka dan tertulis yang ditujukan kepada keluarganya.
“Harusnya iya, harapan kami pihak Rumah Sakit Elizabeth meminta maaf kepada keluarga kami,” tegasnya.
Karena tentunya, imbuh Bang Encing, bilamana pihak keluarga kami (pasien) dilayani dengan nyaman, maka tidak mungkin sampai ingin pindah ke rumah sakit umum.
“Itu bukti nyata, bahwa keluarga kami tidak mendapat layanan secara baik. Mengenai SOP, kami tak paham standar yang mereka pakai. Cuma intinya, keluarga kami tak mendapat layanan yang baik dari RS Elizabeth. Ini fakta yang terjadi di lapangan,” bebernya.
Menurut Bang Encing, pernyataan RS Elizabeth terkait SOP yang tengah diberitakan positif oleh media lain, menurutnya, itu merupakan hak mereka. Kendati demikian, pihaknya tetap mengaku kecewa atas layanan RS Elizabeth yang selama dua hari kemarin disinyalir tidak memberikan pengobatan secara optimal kepada pasien.
“Terbukti, saudara kami saat itu tetap meronta-ronta kesakitan,” kesalnya.
Bilamana ahli medisnya dirasa kurang, lanjut Bang Encing, seharusnya pihak RS Elizabeth bisa menambah lagi tenaga spesialis nya. Ini biar semua pasien yang mau berobat, tidak sampai lambat dalam penanganan, sehingga warga yang sakit dapat cepat disembuhkan.
Dalam pernyataan berikutnya, ia menjelaskan terkait klaim RS Elizabeth yang menyebut adanya dokter umum melakukan visite pemeriksaan. Namun pernyataan itu dimentahkannya, karena ia menilai tidak ada bedanya antara dokter dan perawat melakukan kunjungan, disaat mereka tidak pakai bet nama di bajunya.
“Kayaknya mereka tak pakai bet nama, sehingga kami tidak bisa membedakan antara perawat dengan dokternya. Mereka tidak pakai pengenal diri, jadi kami anggap sebagai perawat,” tuturnya.
Dikutip dari salah satu media, diketahui pihak RS Elizabeth Situbondo melalui Humasnya telah menyatakan bahwa pada saat itu dokter spesialis penanggung jawab batal untuk melakukan peninjauan secara langsung. Alasannya, ada kepentingan mendadak sehingga terpaksa hal itu diwakilkan kepada dokter umum.
Sampai berita ini diterbitkan, Todi, selaku Humas RS Elizabeth Situbondo belum memberikan keterangan kembali meski telah dikonfirmasi via WhatsApp sebelumnya.
Konfirmasi terakhir, ia menyampaikan bahwa petugas pada waktu itu sudah melakukan pelaporan kepada dokter penanggung jawab. Sambil lalu menunggu, dokter penanggung jawab pasien akan melakukan visite setelah praktik Poli selesai.
Terkait prosedur rujukan ke RS lain, ia menyatakan hal itu harus melalui persetujuan dokter penanggung jawab bisa/tidaknya. Ter-info juga, pasien sudah diberikan terapi anti nyeri.
Sementara, Haji Moch Rozikien selaku Humas senior RS Elizabeth saat dikonfirmasi dirinya ganti melempar pertanyaan lain kepada awak media. “Ada yang salah kah?” tolaknya.
Pewarta: Agung Ch