Di setiap momentum sakral telah membuktikan, sejarah keterlibatan para pemuda tidak dapat dielakkan. Peran serta pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tidak perlu kita ragukan lagi.
Deklarasi sumpah pemuda sebagai salah satu bukti bahwa pemuda memiliki peran penting dalam tonggak perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Tidak hanya itu saja, pemuda juga pernah mencabik-cabik kediktatoran seorang pemimpin bangsa pasca kemerdekaan di tahun 1998.
Sudahlah tak perlu diragukan lagi the power of pemuda, lawan dibikin tunggang langgang nan tumbang. Banyak terbukti akan hal itu !
Berbicara pemuda dulu dan sekarang tentu ragam perbedaan dan perdebatan, ketulusan dan kemuliaan gerakan pemuda dulu memperjuangkan semata-mata untuk kepentingan di luar dirinya.
Berbeda dengan sekarang yang masih sarat akan kepentingan untuk dirinya, lebih mengedepankan dirinya sendiri daripada diluar diri, apa yang aku lakukan dan apa yang aku dapatkan.
Baca Juga : Instander Mod Apk Download Latest Version 2023
Tak menafikan diri gerakan kita sebagai pemuda terkadang masih terbesit akan hal itu. Namun tak menjadi persoalan, maqomnya tidak terlalu rendah selagi masih dalam koridor kebenaran. Berbeda hal dengan kebijaksanaan, tentu stratanya diatas kebenaran.
Sudah jamak yang tahu bahwa benar belum tentu bijaksana, sedangkan bijaksana sudah barang tentu benar.
Kalimat yang sering kita baca atau kita dengar, “pemuda harapan bangsa” namun jangan sampai plesetan “pemuda harapan bantal” menjadi realita.
Pemuda memang sudah selayaknya terus menjadi agen perubahan, bukan hanya menjadi agen rebahan. Pemuda memang sudah selayaknya terus berperan, bukan hanya menjadi baperan.
Tak terlalu muluk-muluk langsung berbicara bangsa, cobalah kita mulai dari kehidupan di desa. Memulai dari hal kecil untuk suatu dampak yang besar.
Desa merupakan miniatur negara yang di dalamnya termuat segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dengan memiliki ciri khas tatanan adat istiadat (kearifan lokal) di setiap desa yang beragam.
Dalam menjalan roda pemerintahan di tingkat desa, haruslah memiliki seni atau kemampuan memerintah sesuai kearifan lokal yang ada dengan tetap tidak menabrak norma. Pun juga dengan momentum sakral saat ini terkait pemilihan kepala desa yang ragam persiapan nan pertimbangan dalam memilih pemimpin desanya.
Baca Juga : CAKADES BERINTEGRITAS MUMPUNI DAN DIYAKINI LEBIH MAKSIMAL DALAM MELAYANI MASYARAKAT DESA PENDABAH
Pemuda harus menjadi front guard (garda terdepan) sekaligus body guard (pengawal) demi kondusifitas dan proporsionalitas dalam proses pemilihan.
Tidak ada suatu pertikaian yang dihalalkan ketika ada permasalahan dalam pemilihan, semua sudah ada jalur prosedural aturan hukum yang berlaku untuk penyelesaian.
Main hakim sendiri (eigenrichting) bukanlah solusi dalam penyelesaian permasalahan, justru yang ada malah menambah permasalahan baru. Apalagi tumpah darah sampai terjadi, mutlak sudah menodai demokrasi.
Ada konsep yang menarik untuk kita latih dalam penerapan di kehidupan sehari-hari, terutama saat ini berkaitan dengan konteks pemilihan pemimpin desa. Antara urusan dan hubungan itu kita pisahkan.
Pemilihan kepala desa itu ruang lingkupnya urusan, sedangkan siapa yang mencalonkan itu merupakan hubungan. Fakta yang sering terjadi, urusan dan hubungan dicampur-adukkan.
Sudah selayak dan sepatutnya pemuda bisa menerapkan konsep ini, memilih calon pemimpin desanya bukan soal hubungan saja.
Alasan memilihnya karena masih ada hubungan famili, ada hubungan keterikatan perjanjian atas menerima imbalan dari salah satu calon dan masih seabrek alasan lainnya.
Idealnya, pilihlah calon pemimpin desa karena urusan ! Melihat kemampuan leadership yang berkompeten, visi-misi logis dan trackrecordnya jelas serta pertimbangan lain yang terpenting bukan memilih karena hubungan semata saja.
Parahnya, jika pemuda masih memilih karena tergiur money politic yang kata orang jawa disingkat NPWP (Nomor Piro Wani Piro). Bobrok, jika pemudanya saja sudah seperti ini, apalagi petuahnya (bukan pemuda) yang mudah tergiur tanpa pikir panjang kalau sudah melihat bayaran.
Kita sebagai konstituen dalam pemilihan umum, janganlah bersikap netral. Makna netral seringkali kebanyakan orang gagal paham dalam menerapkannya. Netral itu sama saja tidak punya pendirian juga bisa dikatakan tidak punya pilihan.
Baca Juga : Cara Daftar TikTok Affiliate 2023, Tanpa KTP Bagi Pemula
Kita harus berpihak terhadap calon yang telah kita tetapkan sesuai pertimbangan atas dasar urusan dan bukan soal hubungan saja. Tentu masing-masing pilihan kita bisa seragam juga bisa beragam, mutlak keputusan berada ditangan kalian.
Usai sudah pemilihan, apapun keputusannya itulah pemimpin desa kita. Kualitas pemimpin juga menunjukkan kualitas yang dipimpin (masyarakat), beda soal kalau ada indikasi pemilihan yang tidak sehat (kecurangan). Siapa lagi yang mengawal kalau bukan para pemuda desa setempat ?
Berakhirnya pemilihan pemimpin biasanya dimulainya suatu perpecahan antar golongan atau kubu masyarakat. Kepala desa terpilih yang tentu sudah melekat jabatan dalam dirinya, langsung dibebani tanggung jawab untuk memulai pembangunan.
Baik membangun atau mewujudkan visi-misi yang dikampanyekan maupun membangun atau merekatkan tali persaudaraan antar sesama warga masyarakat yang ada di desa setempat.
Pembangunan berupa infrastruktur tentu disesuaikan dengan kondisi apa yang didahulukan atau dibutuhkan di suatu desa tersebut.
Seperti halnya jalan, pembangunan jenis inilah yang sering dan mudah masyarakat menilai dengan cukup melihat secara kasat mata saja. Walau sebetulnya ada lagi pembangunan yang lebih esensial seperti adanya penunjang perekonomian dan perbaikan pendidikan di masyarakat.
Ada tiga pokok dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang seharusnya tidak boleh dikomersilkan, antara lain Pangan, Kesehatan dan Pendidikan. Jika tiga pokok dasar tersebut berhasil diwujudkan dalam suatu sistem pemerintahan, maka sejahteralah masyarakatnya.
Terakhir, saya mengingatkan terhadap diri saya pribadi, khususnya. Dan kepada seluruh pemuda harapan desa, umumnya. Terlebih kepada calon terpilih pemerintah desa setempat yang akan pegang amanat.
Ada konsep dari Jepang yang bernama Kaizen (perbaikan secara berkesinambungan), sangat cocok untuk kita terapkan dalam bermasyarakat dan dalam menjalankan roda pemerintahan.
Kita tidak mungkin bisa terlepas dari kesalahan, namun kita jangan berputus asa atas kesalahan yang pernah dilakukan.
Lakukan terus perbaikan, justru karena adanya kesalahan ketidaksengajaan itulah kita sempurna sebagai manusia.
Ketidakpedulian pemuda berakibat kesejahteraan yang tertunda. Good Job Pemuda Desa Harapan Bangsa !
