Hosnews.id – Jauh sebelum menjadi tokoh sentral di Kabupaten Bangkalan, bahkan di Madura, cicit Syaikhona Mohammad Kholil itu cukup cemerlang dalam karir politiknya. RKH Fuad Amin terbilang beruntung.
Semasa hidup, karir politiknya terus menanjak dan bersinar pascareformasi.
Sejak terpilih menjadi anggota DPR RI 1999, dengan mudah Ra Fuad sapaan akrabnya meraih jabatan puncak di kabupaten paling ujung barat Madura.
Fuad Amin terpilih sebagai bupati Bangkalan selama 10 tahun.
Sejak 2003 hingga 2013. Kesuksesan yang diraih itu tidak banyak yang tahu.
Publik selalu melihat hasil, tetapi bukan proses sebagai sosok tokoh yang sukses secara politik, ekonomi, dan sosial.
Karir politik Ra Fuad bermula dari keikutsertaannya terjun ke dunia politik praktis sekitar 1990.
Partai politik (parpol) kali pertama yang dipilih adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Tidak lama kemudian, tepatnya pada 1996, dia langsung menjabat posisi tertinggi di PPP.
Yaitu, sebagai ketua DPC PPP Bangkalan. Posisi tersebut semakin memperkuat dirinya sebagai tokoh berpengaruh sekaligus sebagai politikus hingga melenggang mulus ke Senayan.
Lalu, saat itu dinamika dan perubahan politik Indonesia kian berkembang.
Seperti banyaknya tokoh nasional berlomba-lomba mendirikan parpol. Tak terkecuali, dari kalangan NU KH Abdurrahman Wahid.
Oleh Gus Dur, Ra Fuad didaulat menjadi pengurus DPP PKB di jajaran dewan syuro bersama tokoh-tokoh NU lainnya.
Dengan bergabungnya Ra Fuad, secara otomatis jabatan ketua DPC PPP harus dilepas.
Dengan kelihaiannya, Fuad Amin langsung membentuk pengurus tingkat kabupaten untuk PKB.
Sejak aktif di PKB, hubungan RKH Fuad Imron dengan Gus Dur semakin dekat.
Hingga akhirnya, dia terpilih sebagai anggota DPR RI pada Pemilu 1999 serta menjadi bupati Bangkalan selama dua periode sejak 2003–2013.
Terpilihnya Ra Fuad sebagai bupati Bangkalan merupakan fenomena tersendiri kala itu.
Sebab, dia merupakan tokoh yang kali pertama meretas kebuntuan politik dalam tradisi kepemimpinan birokrasi pemerintahan selama bertahun-tahun.
Semula dari unsur birokrasi dan militer. Lalu, ke kalangan pesantren.
Selama menjabat bupati Bangkalan, RKH Fuad Amin banyak membangun fasilitas umum di Kota Salak. Juga banyak mencapai prestasi.
Setelah berakhir masa jabatan bupati selama 10 tahun, Ra Fuad lantas tak berhenti dari dunia politik.
Justru, pada Pemilu 2014, dia terpilih dan langsung menjabat ketua DPRD Bangkalan.
Pada Pilkada 2013, RKH Fuad Amin Imron menyiapkan anak kandungnya, R. Muh. Makmun Ibnu Fuad, maju sebagai kontestan pilbup. Berkat dukungan penuh sang ayah, pria yang akrab disapa Ra Momon itu terpilih sebagai bupati Bangkalan periode 2013–2018.
Namun, pada Pilkada 2018, dengan lantang RKH Fuad Amin Imron berubah dukungan.
Justru, dia tidak mencalonkan Ra Momon, melainkan adik kandungnya, R. Abdul Latif Amin Imron. Juga terpilih sebagai bupati hingga sekarang.
Moh Hosen, ketua komite anti korupsi Bangkalan mengaku kehilangan atas kepergian Ra Fuad. Ra Fuad tak ada duanya di Bangkalan.
Sebab, mantan bupati Bangkalan dua periode itu adalah sosok yang telah banyak menginspirasi, terutama dalam hal kepemimpinan.
Kontribusinya untuk Bangkalan tak perlu diragukan.
“Semoga kiprah beliau di Bangkalan menjadikan amal jariyah bagi beliau. Amin allahummamin,” kata Hosen.
Kata Hosen, lanjutnya Ra Fuad Amin memiliki gelora yang luar biasa dashyat dalam membangun Bangkalan.
Termasuk berhasil ikut berperan suksesnya jembatan Suramadu.
Ra Fuad juga dikenal sangat komunikatif dan humoris disamping karakternya yang memiliki kemauan kuat ketika ia hendak mencita-citakan sesuatu untuk bangkalan.
Ra Fuad Amin telah menuntaskan takdirnya sebagai sesepuh pembangunan Bangkalan.
“Dia pergi dengan tenang, sebagai Pahlawan Bangkalan yang gagah, andai ada kata lebih dari terimakasih, kata itulah yang saya berikan atas jerih payahnya dalam membangun Bangkalan, dialah Bupati terbaik sepanjang masa, dialah Pahlawan Pembangunan Bangkalan,” tutupnya. (Syaif/Red)