BANGKALAN – Elektabilitas pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bangkalan no urut 2, Mathur-Jayus, lebih unggul dibanding pesaingnya pasangan nomor urut 1, Lukman-Fauzan, dalam survei terbaru melalui survei Lingkar Aktivis Bangkalan. Ada tiga faktor yang menjadi kunci unggulnya elektabilitas Mathur daripada Lukman.
“Mengapa Matur melawan Lukman? Salah satu penjelasannya warga adalah, pertama, tingkat kedikenalan warga Bangkalan itu Mathur lebih tinggi daripada Lukman,” kata Moh Hosen, aktivis Komite Anti Korupsi Indonesia (KAKI) yang sudah melakukan survei ke tiap kecamatan dan desa di Bangkalan.
Temuan Survei Lingkar Aktivis menemukan data kedikenalan Mathur bagi warga Bangkalan mencapai 68.5%. Angka itu berada jauh di atas daripada Lukman yang mencapai 30,7%.
Hosen mengatakan faktor kedua yang membuat Mathur unggul dari Lukman dalam survei terbaru ini berkaitan dengan faktor afeksi positif dari warga. Mathur, dalam survei Lingkar Aktivis, lebih disukai warga Bangkalan dibanding Lukman.
Tingkat kedisukaan Mathur mencapai angka 79,4%. Jumlah itu jauh meninggalkan Lukman yang hanya mencapai perolehan 40%.
“Mathur lebih dominan disukai warga Bangkalan karena dirinya apa adanya. Dia juga aktivis anti korupsi. Masak aktivis anti korupsi mau korupsi, itu kan lucu. Makanya warga Bangkalan memihak Mathur karena ingin Bangkalan bebas dari Korupsi,” paparnya. Jum’at (8/11/2024)
Faktor terakhir yang juga mendompleng tingginya elektabilitas Mathur dibanding Lukman di Bangkalan ialah terkait masalah personal quality. Dalam lima variabel yang ditanya kepada warga, Mathur unggul dari Lukman. Berikut rincian data survei Lingkar Aktivis:
Perhatian kepada rakyat:
Mathur-Jayus : 77,0%
Lukman-Fauzan : 44,7%
Jujur, bisa dipercaya
Mathur-Jayus : 69,8%
Lukman-Fauzan : 43,3%
Bersih dari Korupsi:
Mathur-Jayus : 81,45
Lukman-Fauzan : 43,4%
Tegas, Berwibawa:
Mathur-Jayus : 76,9%
Lukman-Fauzan : 32,0%
Mampu memimpin Bangkalan:
Mathur-Jayus : 72,7%
Lukman Fauzan : 55,0%
Survei Lingkar Aktivis juga mencatat hal paling menonjol di antara kedua calon, diantaranya Mathur disukai karena dinilai sudah berpengalaman, baik dan religius, sedangkan Lukman dinilai kurang berpengalaman.
Atas hasil survei itu, katanya, dapat disimpulkan bahwa perilaku pemilih pada pemilihan legislatif atau Pileg itu berbeda dengan Pilkada. Artinya, hasil Pileg itu tidak selalu berbanding lurus antara dukungan banyak partai dengan kemenangan calon di Pilkada.
“Berbeda dengan di Pileg. Kalau di Pilkada itu yang menentukan kemenangan adalah kekuatan personal figur. Mau didukung banyak partai pun, kalau figurnya lemah, biasanya kalah. Begitu juga sebaliknya,” Hosen.
Sementara itu, terkait dengan faktor yang memicu Mathur unggul merata di hampir seluruh Kecamatan di Bangkalan, disebutkan kalau itu terjadi karena intensitasnya turun ke lapangan menyapa masyarakat yang jauh melampaui kandidat Lukman. Alasan itu terpotret dari hasil survei.
Dari pemantauannya selama ini, kata Hosen, Mathur termasuk calon bupati yang paling intens turun ke masyarakat dengan aneka kemasan. Salah satunya, dengan kemasan ngopi dan sapa warga di cafe serta langsung terjun ke desa menyapa warga. Simpati publik juga menguat karena Mathur berani mengambil risiko untuk membela orang-orang kecil.
Sementara Hosen berharap pada prinsipnya memilih atau menentukan pilihan adalah salah satu perwujudan hak di negara demokrasi seperti Indonesia. Memilih dan-dipilih adalah hak seluruh warga negara sehingga tidak ada larangan bagi siapapun untuk menyatakan dan menentukan pilihannya. Termasuk menentukan di Pilkada Bangkalan.
“Yang mesti-dipahami bersama adalah bahwa kami sebagai aktivis Anti Korupsi dalam memilih paslon tidaklah sama dengan cara kerja politisi. Kami memilih paslon bukan sekadar melihat figur tetapi seperti apa kandungan visi misi programnya dalam hal penerapan good governance and clean goverment atau pemerintahan bersih dan bebas Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN),” kata Hosen. (Netty)