PEKAN BARU – Hampir di seluruh daerah akhir -akhir ini wartawan atau jurnalis dapat musibah , baik di pukuli preman atau pesuruh pejabat yang di suruh untuk memukuli jurnalis atau wartawan ada apa sebenarnya di balik semua ini, apakah UU ya kurang kuat ataukah tingka laku wartawan sendiri yang kurang propesional , atau emang para pejabat tidak paham.dengan tugas jurnalis.
Atau kah para pejabat merasa terusik dengan kehadiran wartawan karna di beritakan kesalahanya, tapi kemungkinan saja emang wartawan tersebut tidak bisa di ajak kompromi karna kesalahan oknum-oknum pejabat yang ingin makan uang rakyat , hal ini harus di tindak lanjuti oleh aparat hukum .
Forum Wartawan Pendidikan (FORWADIK) Riau mendesak penegak hukum untuk segera menangkap preman yang menganiaya wartawan, dengan mengatasnamakan Pj Walikota Pekanbaru.
Sampai saat ini, pihak kepolisian masih melakukan pengejaran terhadap pelaku.
Seperti yang sudah viral diberitakan oleh Team media Beritafaktanews di Pekanbaru sejak pagi tadi, Sabtu (8/10/2022), oknum preman yang mengatasnamakan Pj Walikota Pekanbaru, Muflihun, melakukan penganiayaan berat terhadap Pemred www.riauwicara.com, Miftahul Syamsir, pada Jumat (7/10/2022) di sebuah kafe di Jalan Rajawali, Sukajadi.
Penganiayaan seorang Pemred media, dinilai FORWADIK adalah upaya mengkriminalisasi kerja wartawan, memberitakan persoalan yang ada di tengah masyarakat. Pekerjaan wartawan adalah memberitakah ke tengah masyarakat, sehingga pembangunan jadi seimbang.
Berdasarkan pengakuan Miftahul Syamsir, kepada pengurus FORWADIK Riau yang mengunjunginya di RS Santa Maria, berita yang diberitakan di medianya, sudah memenuhi kriteria KEJ. Pemberitaan yang jadi masalah adalah soal proyek IPAL, banjir dan persoalan parkir di Pekanbaru.
“Tapi, yang menjadi topik utama sampai Epi Taher menelepon, adalah penyataan saya yang dikutip media www.riauwicara.com,” ungkap Uul dengan suara yang serak dan nafas putus-putus.
Uul bercerita tersendat-sendat sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya akibat hantaman sedikitnya lima orang preman yang dibawa Epi Taher.
Sembilan jahitan di puncak kepala, mamar dan bengkak di mata dan di sekujur wajah, dan lebam-lebam lain di bagian tubuhnya, hal berarti pejabat atau oknum pejabat di daerah enggan di kritik ini tanda tanya para wartawan.
Perlahan Uul mengisahkan kalau dirinya dan keluarga meminta aparat hukum menyelidiki paristiwa ini dengan penuh keadilan. Sebagai korban, mereka tidak ingin bermusuhan dengan siapapun, tapi melihat kondisi dirinya saat ini, mereka ingin Epi Taher dan kawan-kawan dan otak yang berbuat jahat itu diringkus dan dihukum seberat beratnya karna sudah mengangkangi UU Pers.
Sementara itu, Ketua Presedium FORWADIK Riau, Munazlen Nazir, menyatakan kekecewaannya pada Pj Walikota yang memelihara preman untuk melakukan tindak kriminal terhadap wartawan.
Untuk itu, dimintanya, Pj Walikota kooperatif dan memfasilitasi pihak aparat hukum untuk menangkap oknum Epi Taher dan kawan-kawan yang sudah mencemarkan nama baik Pj Walikota, apa lagi sampai yewa preman.
Setelah di hubungi Pj Walikota ia mengatakan”dan meyakinkan wartawan pihaknya, tidak pernah memberikan perintah untuk melakukan pemukulan terhadap wartawan jelas Muflihun, bahkan dia mengatakan berkawan dengan media, tak mungkin melakukan hal itu,” ujar Munazlen Nazir.
Ditambahkan Munazlen Nazir, dengan adanya bantahan Pj Walikota ini, kita mendesak aparat penegak hukum untuk segera menangkap.pelaku, melakukan proses dan memproses seadil adilnya jelas korban, Jika terbukti bersalah harus dihukum seberat-beratnya.
“FORWADIK akan mengawal kasus ini, karena berkaitan dengan pekerjaan kita sebagai wartawan. Dan ini harus benar-benar dilakukan aparat penegak hukum, demi keadilan dan legitamasi pekerja jurnalis atau pers di Riau.
Sampai kemanapun, kita akan kawal ,” kejadian ini bahkan bila perlu kami laporkan ke pusat kalau hsl ini sampai ada nya keterlibatan pejabat di dalamnya tegas Munazlen Nazir. (Tim Hosnews)