Hari Raya Idul Adha/Ibadah Kurban Mengingatkan Sejarah Mengharukan Kisah Nabi Ibrahim Diperintahkan Sembelih Nabi Ismail Alaihissalam

JAKARTA – Sejarah ibadah kurban Iduladha berawal dari kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah SWT menyembelih anaknya, Nabi Ismail. Dikisahkan, awalnya Nabi Ibrahim tidak memiliki anak. Ia pun meminta kepada Allah SWT agar diberikan anak yang saleh.

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh,” kata Nabi Ibrahim seperti dalam QS Ash-Shaffat ayat 100.

Doa Nabi Ibrahim oleh Allah SWT dikabulkan. Ia memiliki karunia anak yang saleh dan sangat sabar bernama Nabi Ismail. 

Saat Nabi Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT lewat mimpi untuk menyembelih anaknya. 

“Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” kata Nabi Ibrahim sebagaimana dikutip dari QS Ash-Shaffat ayat 102. 

“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar,” jawab Nabi Ismail.

Nabi Ibrahim membaringkan Nabi Ismail. Ia pun bersiap menyembelihnya anaknya sebagai perintah dari Allah SWT.

Saat hendak melaksanakan perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim sempat beberapa kali digoda iblis. Namun Nabi Ibrahim tak goyah dan iblis gagal menggodanya. Hingga akhirnya, saat penyembelihan, kaki dan tangan Nabi Ismail diikat.

Ketika Nabi Ibrahim hendak menggerakkan pedangnya, Allah SWT menggantikan tubuh Nabi Ismail dengan seekor domba besar putih bersih dan tidak ada cacatnya. 

وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ
Arab-latin: Wa fadainâhu bidzib-ḫin ‘adhîm.

Artinya: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Saffat:107) 

Kisah Nabi Ibrahim menyembelih anaknya yang bernama Nabi Ismail menjadi dasar ibadah kurban yang dilakukan pada hari raya Iduladha (10 Dzulhijjah) dan hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah.

Menjalankan ibadah kurban hukumnya sunah muakadah (sunah yang ditekankan). Hal tersebut ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ibn Majah.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Iduladha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.

Adapun Tempat Kelahiran Nabi Ismail di Palestina, sekitar tahun 1800 SM dari sepasang suami istri yaitu Nabi Ibrahim dan istri keduanya yang bernama Siti Hajar yang nggak lain merupakan seorang hamba sahaya yang bekerja di rumahnya.

Hal ini lantaran setelah beberapa tahun menikah, Nabi Ibrahim dan Sarah belum juga dikarunia seorang keturunan.

Melihat suaminya yang mulai tua, namun masih tetap mendambakan seorang anak, maka Sarah menyuruh Nabi Ibrahim agar menikah dengan Siti Hajar. Nggak lama setelah keduanya menikah, Allah SWT menganugerahi pasangan tersebut seorang bayi laki-laki yang tampan, dan diberi nama Ismail.

Nabi Ibrahim sangat gembira dengan kelahiran putra pertamanya itu. Dia sangat berterima kasih kepada Allah SWT karena telah menjawab doanya dan memberkati mereka dengan keajaiban yang nggak terduga.

Dalam Islam, Nabi Ismail dianggap sebagai nenek moyang Nabi Muhammad SAW dan utusan Allah SWT yang paling setia. Kisah-kisah inspiratif kehidupan Nabi Ismail nggak hanya disebutkan dalam Al-Qur’an tetapi juga dalam buku-buku agama Kristen dan Yahudi. Meskipun kehidupan Nabi Ismail penuh dengan kesulitan, dia adalah seorang hamba yang patuh pada Tuhannya dan penuh kasih sayang.

Bahkan ketaatan Nabi Ismail pada orang tuanya pun nggak perlu diragukan lagi, sebab dia selalu berada di sisi ayahnya untuk menemani selama proses pembangunan Ka’bah. Nggak berhenti sampai disitu, kerelaan Nabi Ismail yang bersedia mengorbankan dirinya untuk disembelih pun menjadi bukti bahwa dia merupakan pribadi yang sangat berhati mulia dan sangat cocok menjadi inspirasi bagi umat Islam saat ini dan generasi yang akan datang.

Mukjizat Nabi Ismail
diantaranya Air Zam-zam
Berawal ditinggal di padang pasir oleh Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan putranya yang masih bayi, yaitu Nabi Ismail sangat membutuhkan air karena tengah kehausan di panas yang menyengat. Siti Hajar mulai berlari di antara bukit Safa dan Marwa sekitar tujuh kali untuk mencari air, kemudian dia mendengar suara yang memanggilnya. Ternyata Siti Hajar melihat Malaikat Jibril yang sedang berdiri di dekat sumur Zam-zam.

Malaikat Jibril sudah menggali pasir dan menemukan sebuah sumur air yang kini dikenal sebagai air Zam-zam. Memang sedikit nggak percaya, namun Siti Hajar mulai membuat wadah seperti baskom di sekelilingnya, yang kemudian mulai mengisi baskom buatannya itu dengan Air Zam-zam menggunakan tangannya. Sumber mata Air Zam-zam yang keluar segera diambilnya sebagian, lalu diminumlah bersama anaknya.

Air Zam-zam ini menjadi sebuah bukti kebesaran Tuhan yang nyata untuk menolong hambaNya disaat mereka ditimpa kesulitan, tetapi mereka tetap berusaha, berdoa, dan bertawakkal sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Siti Hajar dan Nabi Ismail. Hingga saat ini, Air Zamzam dipercaya memiliki banyak manfaat untuk penyembuhan dan dianggap sebagai berkah bagi umat Islam. Untuk mengenang peristiwa ini, maka dimasukkan-lah ke dalam rangkaian ibadah haji yang disebut dengan Sa’i.

Mukjizat Keselamatan saat akan disembelih berawal dari sebuah mimpi Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya sebagai bentuk pengorbanan kepada Tuhannya. Di dalam mimpi itu, Nabi Ismail pun menyetujui niat dari ayahnya tersebut. Namun, beberapa hari kemudian Nabi Ibrahim sedang duduk di luar tendanya memikirkan perintah Allah SWT dan kehidupan putranya.

Sementara di satu sisi, hatinya terasa berat karena kecintaannya dan keimanannya kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim memutuskan untuk mendiskusikan mimpinya dengan Nabi Ismail, yang dengan patuh, nggak ada rasa pamrih, dan dengan berani menasihati ayahnya untuk memenuhi keinginan Yang Maha Kuasa. Jadi, keesokan harinya, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pergi ke dataran Arafah hanya dengan membawa tali dan pisau.

Setibanya di sana, Nabi Ibrahim mengikat tangan dan kaki putranya layaknya hewan kurban. Sementara, Nabi Ismail meminta ayahnya untuk menutup mata. Setelah menutup mata, Nabi Ibrahim mengambil pisau, mengucapkan “Allahu Akbar” dengan lantang, dan melakukan penyembelihan. Namun yang mengejutkannya, saat Nabi Ibrahim melepas penutup matanya dan mengetahui bahwa dia benar-benar telah mengorbankan seekor domba.

Sedangkan Nabi Ismail yang berdiri di samping ayahnya, sama sekali nggak terluka. Meskipun awalnya Nabi Ibrahim berpikir bahwa dia telah melanggar perintah Allah SWT, tetapi sebuah suara mengatakan kepadanya bahwa Yang Maha Kuasa akan menjaga para pengikutnya. Dari peristiwa inilah, yang kemudian munculnya sejarah berkurban bagi orang-orang mukmin yang bertaqwa atau biasa dikenal dengan Hari Raya Idul Adha.

Demikian riwayat Hari Raya Idul Adha 1444 H / Ibadah Kurban Mengingatkan Sejarah Mengharukan Kisah nabi Ibrahim diperintahkan sembelih nabi Ismail Alaihis salam selaku putra kandungnya sendiri. Semoga kita dapat memetik hikmah dari kisah ini serta selalu mendapatkan Rahmat dan ridha Allah SWT.

Penulis: Timhos

Berita terkait

spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini