Keterangan Hadits Tentang Mimpi Bertemu Rasulullah SAW

BANGKALAN – Nabi Muhammad SAW adalah keturunan bani Hasyim dari suku Quraisy. Menurut sejumlah Sirah Nabawiyah, nama Nabi Muhammad SAW berasal dari kakeknya, Abdul Muthalib. Nama “Muhammad”, sendiri berarti orang yang terpuji. Pada saat itu nama tersebut belum pernah dipakai oleh orang-orang Arab pada masa pra-Islam.

“Mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW adalah keistimewaan bagi umat Islam. Keterangan hadits bahkan membenarkan keberadaan seseorang yang bisa bermimpi bertemu Rasulullah SAW lantaran setan tidak dapat menyerupai beliau dalam mimpi.

Dikutip dari buku Problematika Autentisitas Hadis Nabi dari Klasik hingga Kontemporer tulisan Prof. Dr. H. Idri, M.Ag, para pakar tasawuf meyakini bahwa seorang sufi (orang yang mendalami ilmu tasawuf) dapat mengalami pertemuan tidak langsung dengan Rasulullah SAW melalui mimpi.

Keyakinan ini tidak hanya berlaku bagi kalangan sufi, tetapi juga umat Islam pada umumnya mempercayainya. Hal ini karena Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa seseorang yang melihat atau bertemu dengannya dalam mimpi, sebenarnya benar-benar melihat atau bertemu dengan beliau dalam pengalaman tersebut.

Ulama klasik, Syeikh Ibnu Sirrin, dalam tulisannya tentang ta’bir mimpi juga berpendapat, seseorang yang mengaku pernah mimpi bertemu dengan orang-orang shaleh, khususnya Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar. Meski demikian, menurutnya, apa yang terjadi di dalam mimpi tersebut tidak dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan hukum.

Hal senada juga diyakini oleh al imam Al Gazali, Ibnu Qayyim, ulama empat mazhab, para tokoh ulama aqidah al Asy’ariy dan al Maturidiy. Mereka berpendapat, mimpi bertemu Rasulullah SAW yang dialami seseorang tidak dapat dijadikan patokan untuk mengukur keimanan seseorang.

“Informasi yang diperoleh dari mimpi tidak dianggap sebagai penukilan secara talaqqiy dari Rasulullah saw dan dari sisi validitas, informasi yang diperoleh dari mimpi tidak dapat diuji secara empirik,” demikian penjelasannya yang dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kebenaran akan adanya seseorang yang bisa bermimpi bertemu Rasulullah SAW dijelaskan dalam sejumlah riwayat hadits berikut.

Adapun Hadits tentang Seseorang Mimpi Bertemu Rasulullah SAW sebagai berikut:

“1. Hadits Pertama
عن أَبي سَلَمَةَ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ رَآنِي فِي المنامِ فَسَيَرَانِي فِي اليَقَظَةِ، وَلَا يَتَمَثَلُ الشَّيْطَانُ

Artinya: Dari Abu Salamah bahwa Abu Hurairah berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar dan setan tidak dapat menyerupai diriku.” (HR Al Bukhari)

“2. Hadits Kedua
قَالَ أَبُو سَلَمَةَ قَالَ أَبُو فَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ رَآنِي فقَدْ رَأَى الحَقِّ.

Artinya: Dari Abu Salamah bahwa Abu Qatadah berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melihatku (saat mimpi), maka ia benar-benar melihat kebenaran.” (HR Al Bukhari)

  1. Hadits Ketiga
    عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ رَآنِي فِي المَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لا يَتَخَيَّلُ بِي وَرُؤْيَا المؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ.

Artinya: Dari Anas menyampaikan, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar dan setan tidak dapat menyerupai diriku. Mimpi seorang mukmin bagian dari empat puluh enam kenabian.” (HR Al Bukhari)

  1. Hadits Keempat
    عن أبي هريرة قالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الْبَقَطَةِ أَوْ لَكَأَنما رَآنِي فِي الْيَقظَةِ وَلَا يَتَمَثَلُ الشَّيْطَانُ بِي.

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar atau benar-benar seakan-akan melihatku dalam keadaan sadar dan setan tidak dapat menyerupai diriku.” (HR Abu Dawud)

“Imam Nawawi dalam Kitab al-Minhaj Syarh Shahih Muslim menafsirkan redaksi hadits yang menyebut seseorang bermimpi bertemu Rasulullah SAW dalam keadaan sadar. Menurutnya, ada tiga makna yang dapat mendefinisikan hadits tersebut.

Pertama, mimpi tersebut dapat menjadi pertanda bahwa kelak ia akan diberikan pertolongan oleh Allah SWT untuk hijrah menemui Rasulullah SAW. Makna ini lebih ditujukan kepada orang-orang yang hidup di zaman Rasulullah tetapi belum berkesempatan menemuinya.

Makna tersebut juga dapat merujuk pada pembenaran bahwa kelak orang yang bermimpi itu akan bertemu Rasulullah SAW di akhirat baik bagi mereka yang telah bertemu Rasulullah SAW di dunia sebelumnya maupun belum menemuinya. Lalu, terakhir, makna kalimat tersebut menurut Imam Nawawi merujuk pada keberhasilan meraih kedekatan dengan Rasulullah SAW.

“Mimpi tersebut bermakna kelak ia akan meraih kedekatan dengan Rasulullah ﷺ di akhirat ataupun juga bermakna kelak ia akan mendapatkan syafaatnya,” jelas Imam Nawawi yang diterjemahkan melalui laman Universitas Islam Nusantara (Uninus).

Pada dasarnya, mimpi seseorang dapat berasal dari berbagai sumber, seperti pengaruh setan, dorongan nafsu, intervensi malaikat, dan terkadang dapat menjadi wahyu langsung dari Allah, di mana kondisi-kondisi tersebut termanifestasi dalam hati individu. Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA menjelaskan,

عَنْ أَبي هريرة قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الرُّؤْيَا ثَلَاثُ فَالرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ بُشْرَى مِنَ اللهِ وَالرُّؤْيَا تخزين مِنَ الشَّيْطَانِ وَالرُّؤْيَا مِمَّا يُحدث

Artinya: Dari Abu Hurairah, disampaikan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Mimpi itu ada tiga macam, yaitu mimpi yang baik adalah kabar gembira dari Allah, mimpi yang membuat sedih datangnya dari setan, dan mimpi yang berasal dari bisikan dirinya.” (HR al-Darimi)

Berita terkait

spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini