JAKARTA – Dangdut Academy (DA) adalah sebuah ajang pencarian bakat penyanyi musik dangdut paling populer di Indonesia yang diselenggarakan oleh stasiun televisi Indosiar, mencari talenta dari berbagai daerah di Indonesia untuk menjadi bintang dangdut profesional.
Inilah juara 1 dan 2 Dangdut Academy 7 yang diumumkan di Indosiar, Jumat 26 Desember 2025. Valen Pamekasan berhasil menjadi juara 2 Dangdut Academy 7 usai kalah virtual gift dari Tasya di Konser Kemenangan Dangdut Academy 7.
Namun, di tengah keriuhan akan kebanggaan pada DA7 Indosiar yang difavoritkan ini, ada segelintir masyarakat yang menyoroti acara ini lebih jauh.
Khususnya pengiriman virtual gift, satu sistem yang diberlakukan oleh Indosiar pada para penonton untuk menjaga posisi idola dangdutnya tetap bertahan di panggung DA7, dengan cara mengirimkan koin yang telah dikonversikan ke nilai rupiah.
Ketua Komite Anti Korupsi Indonesia (KAKI) Jawa Timur, Moh. Hosen mengatakan Virtual gift ini bernilai fantastis, dari yang bernilai puluhan juta hingga ratusan juta sampai miliaran. Dan sistem ini merupakan pengganti SMS sebagai bentuk dukungan kepada para idola dangdut agar tidak tersenggol.
“Namun menurut sebagian publik, virtual gift ini justru mencoreng kualitas DA7 Indosiar. Pasalnya dalam pencarian Bakat sosok penyanyi yang berkualitas dengan adu nyanyi dan adu goyang sudah tidak diterapkan oleh management Indosiar di Dangdut Academy 7 2025.
Dan terkesan memanfaatkan momen pecinta dangdut untuk memberikan Virtual GIF kepada Peserta lomba kesenian melantunkan lagu lagu dangdut,” paparnya. Sabtu (27/12/2025).
Kata Moh Hosen, ajang yang semula murni kompetisi untuk mencari talenta terbaik dan berkualitas dalam seni musik dangdut, kini tak ubahnya seperti mesin penghasil uang untuk Indosiar.
“Pandangan dan opini publik tentang virtual gift yang sanggup menghasilkan miliaran rupiah hanya dalam semalam. Tasya, peserta dari Tangerang Selatan (Tangsel) yang seharusnya juara 2 tiba-tiba lolos menjadi juara 1 dan menjadi kecaman nitizen karena menurutnya juara dari hasil virtual gift,” ungkap Hosen.
Dia menambahkan perolehan jumlah dana yang fantastis itu tentu membuka peluang kenaikan pendapatan iklan secara drastis di luar pemasukan dari virtual gift DA7.
Dan komentar publik pun berdatangan, yang cenderung mengkritik cara Indosiar dalam memanfaatkan DA7 sebagai mesin penghasil uang, dengan jumlah yang bikin mata melotot hanya dalam hitungan jam.
“Bagi sebagian publik, DA7 Indosiar bukan lagi ajang untuk pamer kualitas akan bakat yang dimiliki, tapi lebih ke arah persaingan finansial. Indosiar padahal sudah banyak iklan, tapi masih serakah dengan VG hingga rela menurunkan kualitas.
Ke depan, kalau ada acara kompetisi yang mengharuskan kirim virtual gift, sebaiknya kompak jangan ada yang mengirim. Biar kualitas yang bersaing secara sehat,” paparnya.
“Tidak profesional jika gift dijadikan tolok ukur kemenangan. Ini bukan prestasi, tapi yang berduit yang dikedepankan. Sama saja merusak marwah Indosiar, yang hanya sebatas cari untung, bukan mencetak penyanyi berprestasi,” tambahnya. (Syaiful)
