LAMONGAN, HN.ID- Petani sapi kecil warga desa Kebonagung, kecamatan Babat, kabupaten Lamongan, Jawa Timur merugi, akibat sapi yang di milikinya meninggal terkena penyakit mulut dan kuku (PMK). diduga penanganan dari Dinas Peternakan dan Keswan dirasa warga kurang maksimal, serta berbayar.
Hal itu disampaikan oleh pemilik sapinya yang meninggal (SKN) nama singkatan 47 tahun mengatakan, sapinya telah mengalami sakit kurang lebih tiga Mingguan.”pertama ada yang kemari itu dokter perempuan dan laki-laki pak Saun katanya dari Babat dan di suntik satu kali.”Rabu (15/06/2022).
Lanjut SKN, mereka juga menjelaskan untuk penanganan sapi yang terkena PMK dari Dinas jatah untuk pengobatan itu gratis biaya 3 kali, akan tetapi kedatangan yang kedua kesini obatnya sudah habis katanya dan disuruh membayar sendiri.
“Angaran katanya seperti ini, pertama, kedua dan ketiga itu gratis, lalu kedua kesini katanya obatnya sudah habis, diminta membayar sendiri semua sapi yang sakit, yang ada di warga sini, 40 ribu setiap sapinya dan 10 ribu untuk obat semprotnya,”Ungkap warga tersebut.
Masih keterangan SKN, saya sudah membayar sendiri setiap kedatangan untuk tiga kali perawatan atau penyuntikan, dan untuk perawatan yang ke lima kalinya saya sudah tidak mau karena tidak ada perubahan atau jaminan untuk kesembuhan sapi saya, dan saya hanya masyarakat biasa uang itu lebih baik buat kebutuhan makan keluarga setiap hari.”Kata SKN menjelaskan.
Sementara itu dari keterangan petugas Dinas Peternakan dan Keswan kabupaten Lamongan Dokter hewan Devi yang bertugas di wilayah kecamatan Babat melalu telepon WhatsApp menyampaikan, sudah ada penanganan di Desa tersebut.”Kemaren saya sudah datang ke pak SKN yang pertama dan di lanjutkan sama pak Saun.
Masih keterangan Devi membenarkan terkait adanya biaya pribadi untuk penanganan penyakit sapi PMK yang di minta dari Warga 40 ribu setiap ekor sapi tersebut.”kita menarik 40 ribu itu kita sendiri penganti obat aja, biasanya kita lebih dari itu maksudnya 50 ribu itu sudah di potong, karena kita mikir ke peternak, kalau terlalu mahal kan kasian.”Cetus Devi.
Terakhir Devi menjelaskan”Jadi gini saya terangkan, obatnya itu ada tapi terbatas jadi saya bagi kemaren, dapatnya misalkan itu 2 botol itu untuk 20 ekor itu untuk tiga kecamatan jadi saya gantian, untuk Babat baru Payaman saya kasih 2 botol, untuk yang kebonagung masih belum habis ini saya ambilkan obatnya untuk kebonagung, kan gak selalu ada obatnya, pelan-pelan di dropnya, bantuan itu ada tapi terbatas.”Pungkasnya.
Dari hal ini serta menurut informasi jelas adanya dugaan permainan bantuan penanganan kasus PMK, khususnya di kabupaten Lamongan yang lebih mengutamakan kepentingan kelompok petani Sapi besar, padahal sebenarnya yang harus lebih di utamakan adalah petani sapi kecil, karena sangat berdampak sekali buat mereka yang hanya mempunyai satu sampai dua ekor sapi. Bersambung…
Penulis:[Kusnadi]