BANGKALAN – Beberapa hari ini, viral sebuah foto pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati Bangkalan yaitu Lukman Hakim – Fauzan Jakfar dibawah rangkulan Said Abdullah. Bagi saya, foto tersebut bukan saja bicara tentang kempanye politik tetapi juga bicara tentang kuasa seorang Said Abdullah di Bangkalan untuk kedepannya melalui Bupati yang akan terpilih.
Desas desusnya, Said Abdullah sudah lama memang beroprasi melakukan pemborongan rekom (kulakan rekom) partai untuk Sumenep dan Bangkalan.
Di Sumenep, said Abdullah borongan rekom untuk menjaga tahta Ahmad Fauzi yang kebetulan juga bagian dari keluarganya, sampai-sampai kiai fikri terancam tidak mendapatkan partai pengusung untuk ikut kontestasi di Pilkada Sumenep. Sedangkan di Bangkalan, Said Abdullah juga memborong rekom untuk kader partainya yang diusung menjadi calon bupati-wakil bupati dari partai PDIP dan wakilnya dari PKB.
Partai PKB sebenarnya partai pemenang di Kabupaten Bangkalan, tetapi karena realitas politik di Bangkalan tak seperti biasanya, sehingga partai pemenang dapat posisi wakil karena remot kontrolnya ada di PDIP melalui Said Abdullah. Sekalipun PKB banyak suaranya, tapi PDIP banyak koalisinya di Kabupaten Bangkalan.
KEMERDEKAAN YANG TERGADAIKAN
Dulu, Kabupaten Bangkalan menjadi patron politik Madura, bisa dikatakan Kiblat gerakan politik di Madura karena lincahnya Almarhum Ra. Fuad Amin dalam berpolitik. Orang luar kabupaten apalagi orang luar Madura tidak ada yang berani cawe-cawe urusan politik dinasti Bangkalan.
Tetapi, setelah razimnya almarhum Fuad amin selesai, sepertinya kemerdekaan Bangkalan dan kedaulatan Bangkalan secara politik mulai memudar, terbukti setelah salah satu calon Bupati Bangkalan yang saat ini memborong rekom semua partai adalah orang Sumenep (said.red).
Merdeka secara aturan, tetapi Bangkalan tidak merdeka dari tekanan politik. Dinasti politiknya Bani Kholil akan pudar dan akan beralih pada oligarki luar daerah.
DIBAWAH KENDALI SAID ABDULLAH
Posisi Said Abdullah saat ini memang sangatlah strategis di Indonesia, ia tercatat sebagai pengurus DPP PDIP dan ketua Banggar DPR RI, ditambah lagi Said Abdullah saat ini menjabat sebagai PLT DPW PDIP Jawa Timur.
Kalau mau kilas balik, ketika pemilu kemarin, Said Abdullah menjadi Caleg dengan suara terbanyak di Indonesia. Hal itu bukan saja karena Said Abdullah merawat basis massanya di semua kabupaten Madura dengan baik, tetapi karena kuatnya tekanan Said Abdullah melalui penyelenggara pemilu.
Bahkan kabarnya saat ini Said Abdullah juga sudah menaruh orang orangnya di semua kabupaten Madura sebagai penyelenggara (KPU-Bawaslu).
Lebih dari itu, Said Abdullah sepertinya saat ini sedang menyusun strategi agar Sumenep dan Bangkalan menjadi basis dan wilayah kekuasaannya.
Karena Said Abdullah mau menguasai Sampang H. Idi terlalu kuat, kalau mau menguasai Pamekasan barisan Kiai juga masih terlalu kuat. Akhirnya kabupaten Bangkalan yang sudah tidak punya aji dan tokoh yang bisa mengimbangi yang mau dikuasai. Ini adalah ancaman politik Oligarki yang akan kita hadapi kedepannya.
HILANGNYA TUAH BANGKALAN
Sejarah mencatat, Syaikhona Kholil Bangkalan adalah pencetak ulamak di Indonesia dan Madura, banyak santri-santrinya Syaikhona kholil yang menjadi ulama dan pejuang kemerdekaan republik Indonesia.
Bahkan, Bangkalan menjadi tonggak sejarah berdirinya organisasi terbesar di Indonesia yaitu Nahdhotul Ulama (NU).Tak kalah aji, penerusnya yaitu Fuad Amin, yang menjadi tokoh fenomenal di Madura, ia pernah menjadi umaro’ yang adikuasa di Madura. Siapa tak kenal Faud amin? siapa yang tidak tahu kiprah politiknya?. Sampai Presiden terpilih Prabowo Subanto juga pernah bertekuk kepada Faud amin ketika pemilihan presiden selama dua kali.
Saat ini, penulis ingin mengetuk kembali kesadaran masyarakat Bangkalan, utamanya para tokoh dan para politisi asal Bangkalan, agar kemudian tidak kalah langkah dan pengaruh dari orang luar.
Harkat dan Martabat Bangkalan ada ditangan kalian selama lima tahun kedepan.
Penulis: Mustofa Cholil Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta