Filosofi Ishari NU, ikatan seni Hadrah indonesia

Hosnews.id|| – Sholawat ISHARI adalah salah satu warisan budaya salafunassholih yang muncul di Jawa. Sholawat ISHARI merupakan salah satu aliran sholawat yang cukup tua, jauh lebih tua dibanding aliran Banjari (Banjari berasal dari Banjar, Kalimantan. Sebuah local genius yang tidak akan anda temui di belahan bumi Arab secara melimpah. Hanya disini, Nusantara. Budaya tersebut mengkristal, muncul, dan berkembang terus menerus secara pesat seolah menciptakan alirannya sendiri).

Seni ISHARI terkenal sangat murni dalam jenis alirannya sebagai sebuah seni sholawat yang beraliran thoriqoh. Hal ini terlihat jika dibandingkan Aliran sholawat ‘Banjari’ yang mengedepankan seni musik yang cukup kental selain sholawatnya. Cukup sulit juga menemukan ISHARI dalam acara-acara festival lomba kecuali di acara-acara Haul Ulama’ dan peringatan-peringatan sejenis. Karena memang sudah dhawuh (pesan) pendiri dan Mursyid tunggal Jam’iyah ISHARI Almaghfurlah Syekh Abdurrokhim Pasuruan, ”ISHARI dudu tanggapan” (ISHARI bukan untuk kegiatan yang dikomersilkan). Salah satu ajarannya adalah agar setiap amaliyah yang baik itu diperindah namun tetap dikembalikan penilaiannya kepada Alloh SWT, bukan kepada penilaian manusia.

ISHARI sebagai sebuah tsaqofah (budaya) yang secara dhohir tampak aspek seninya tetap dikembalikan sebagai fungsi utamanya. Fungsi utama sebagai bagian dari cara dakwah para Wali. Dari sini terlihat antara aspek Ibadah tetap lebih diutamakan ketimbang aspek seninya. Keyakinan itu pula yang hingga kini di pegang erat mayoritas Jama’ah sampai sekarang. Karena itu setiap pukulan, jawaban lagu dan gerakan dalam ISHARI memiliki makna filosofis yang mendalam.

Berikut tatacara kegiatan Hadhroh yang diijazahkan oleh Almaghfurlah Syekh Abdurrokhim Pasuruan kepada Jama’ah ISHARI :

  1. BACAAN KHAS (Khusus) yang diamalkan dengan lantunan lagu yang Khas (khusus).
    Semula hanya bacaan Sholawat yang bersumber dari kitab Diwan hadroh, oleh beliau dipadukan dengan pembacaan Kitab Maulid Syaroful Anam dan ditambah bacaan Sholawat berbentuk Syair yang berfungsi menjadi semacam jawaban atas pembacaan kumpulan Bait-bait Syair Kitab Maulid Syaroful Anam oleh Guru Hadi (kumpulan bait bait tersebut dalam Hadroh dikenal dengan sebutan Mukhud).
    Ada 13 Mukhud dalam Hadroh selain Mukhud Ibtida’ (Pembuka) dan Takhtim (Penutup), dan nama Mukhud biasanya diambil dari Lafadz Bacaan yang Awwal pada kumpulan bait dalam kitab Maulid Syaroful Anam seperti Mukhud Bi syahri, Tanaqqol ta, Wulidal habib dst.
    Lantunan lagu pembacaan amalan Sholawat bernotasi dan berintonasi khusus, (Para Ulama berpendapat “itu lagunya orang yang Tadlorru’ kepada Alloh SWT”), dan hanya bisa dilakukan oleh Beliau KH Abdurrokhim (Guru Hadi) dan orang lain (santrinya) yang terbimbing melalui tarbiyah dan talqin (Guru badal hadi) oleh beliau. Dikandung maksud tarbiyah itu untuk sanad bacaan lafadz Sholawatnya sementara talqin itu untuk Thoriqoh lantunan dan notasi Syairnya.
  2. REBANA, ragam istilah nama irama pukulan, dan arti filosofisnya.
    Rebana yang digunakan adalah berdiameter 30 cm dengan tambahan 2 pasang kencreng dan minimal dilakukan oleh 3 orang, sedangkan posisi tempat pemukul adalah 3 Orang disamping kanan Guru hadi dan 3 Orang lagi (kalau ada) sebelah kiri Guru Hadi berhadapan dengan jamaah Roddat. Dikandung maksud jumlah minimal pemukul 3 Orang adalah simbul dari Tiga pokok ajaran Agama yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan atau 3 pokok Ilmu dalam agama Islam yaitu Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, dan Ilmu Tasawwuf .
    Notasi Irama pukulan rebana mengikuti Notasi lagu yang dibawakan oleh Guru Hadi, oleh karena itu irama pukulan dalam hadroh bukan irama pukulan biasa-biasa yang hanya hasil dari kreasi seni belaka, akan tetapi irama pukulan dalam Hadroh merupakan bagian dari Thoriqoh karna mengandung makna filosofis yang mendalam sehingga penguasaannya pun harus melalui tarbiyah atau belajar kepada Guru Hadi.
    Ada beberapa ragam istilah nama dalam irama pukulan Hadroh yaitu :

a. Pukulan Irama Juz dan atau Rojaz.
Juz diambil dari bahasa Arab Juz’un yang artinya adalah Tubuh, dzat, dikandung maksud arti dari pukulan irama Juz dalam Hadroh adalah simbul dari Dzikir kepada Dzat yang Maha Esa (Alloh SWT) atau mengingat diri pribadi Rosululloh Muhammad SAW yang sempurna secara Kholqon wa Khuluqon, hal ini sesuai dengan notasi irama pukulan Juz yang berbunyi (tak dik -tak), dan irama tersebut sangat selaras dengan Notasi lafadz HU AL- LLOH atau lafadz MU HAM – MAD. Sedangkan kata Rojaz adalah kata yang diambil dari nama aturan pembuatan syair dalam bahasa arab (Ilmu bahar) bahwa syair dalam Hadroh banyak menggunakan bahar Rojaz.

b. Pukulan Irama Yahum/Robby.
Yahum diambil dari lafadz Ya Yuwa kalangan sufi membunyikannya dengan Ya Hu atau Ya Hum yang memiliki arti harfiyah “Wahai Dialah (Tuhan Ku,/ Nabiku)” dikandung maksud, Irama pukulan yahum dalam Hadroh adalah simbul dari Dzikir dua kalimah tauhid yaitu kalimah LAILAHA ILLALLOH dan kalimah MUHAMMADUR ROSULULLOH, memang apabila disimak dengan benar maka notasi irama pukulan Yahum akan serasi dengan notasi kalimah LA-ILAHA-ILLALLOH-ROSULULLOH. Dalam irama yahum ada tiga notasi irama yang dipadukan yaitu :

  1. Krotokan terdiri dari lima hentakan (taktak – taktak – dik) yang bermakna pengamalan Rukun Islam.
  2. Penyela (selat-an) terdiri dari empat hentakan (tak-tak-tak-dik) yang bermakna sumber hukum dasar pengamalan Agama islam yaitu Al Qur’an, Al Hadits, Al Ijma’ dan Al Qiyash.
  3. Pengonteng (lanangan) terdiri dari tiga hentakan (tak dik tak) yang bermakna pokok ajaran dalam Islam Yaitu Tauhid, Fiqih dan Tasawwuf.
    Dan ketika tiga notasi irama pukulan tersebut dipadukan maka akan terlahir irama notasi kalimah LAILAHA ILLALLLOH atau notasi kalimah MUHAMMADUR ROSULULLOH.

Dua jenis pukulan diatas (Juz dan Yahum) yang banyak di gunakan dalam kegiatan Hadroh, sementara tiga yang lainnya hanya sesekali itupun hanya dalam mukhud-mukhud tertentu seperti Mahallul Qiyam,Tahtim, dan sebagian mukhud yang lain, adapun kata Robby tidak lazim disebut dalam Ishari namun demikian berarti lafadz Robby bermakna “Tuhanku” dikandung maksud irama pukulan ini bertujuan untuk mengingat Alloh SWT dzat pemelihara kita,

c. Pukulan Irama Tereem.
Penyebutan kata Terem artinya mengingatkan kepada jamaah bahwa Hadroh ini berasal dari kota Tareem Negara Yaman.

d. Pukulan Irama Inat.
Inat adalah juga nama sebuah kota di Negara Yaman bagian selatan.

e. Pukulan Irama Hijaz.
Demikian pula kata Hijaz artinya, adalah nama negara hijaz yang berarti adalah kota Makkah, Madinah, Taif dan lain lainnya sebelum berganti nama menjadi Negara Saudi Arabiyah.

  1. RODDAT dan makna filosofis yang terkandung didalamnya.
    Roddat diambil dari bahasa arab kata kerja Rodda – yaruddu – roddan bermakna mengembalikan, membalas, menolak. Artinya bahwa orang yang melaksanakan roddat dalam hadroh adalah orang yang membalas secara bersama sama atas lantunan Syair Solawat yang dilantunkan oleh Guru Hadi.
    Roddat menurut istilah dalam Hadroh adalah Orang yang membalas secara bersama sama atas lantunan Syair Solawat yang dilantunkan oleh Guru hadi sambil lalu melakukan gerakan tarian khusus (Roqs) sesekali melakukan keplok tangan (Tashfiq), dan bersuara sulukh dalam istilah kaum Sufi atau (Sambat dalam bahasa jawa) atau (Nida’ dalam bahasa Arab). Tatacara semacam ini lazim dilakuan dikalangan sufi seperti Tarian Sima dalam Thoriqoh Maulawiyah Oleh Syeh Jalaluddin Rumy di Turki, Tarian Samman dalam Thoriqoh Sammaniyah oleh Syeh Al Qutb Muhammad Bin Abdul Karim As Sammani dll.
    Dikandung maksud yang pertama, bahwa “seluruh makhluq yang ada diantara langit dan bumi bertasbih mengagungkan dan menyucikan Alloh SWT “ dan semua makhluq tersebut bergerak, sehingga tarian roddat dimaksudkan melatih seluruh tubuh manusia untuk bergerak bertasbih dan berdzikir kepada Alloh SWT. Kedua bahwa para Malaikat di Sidrotul muntaha bertawaf berputar mengelilingi Arsy karna bahagia dan gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. sehingga tarian roddat dimaksudkan melahirkan rasa gembira atas kelahiran dan kehadiran Nabi Muhammad karna hal itu merupakan Anugrah terbesar yang dikaruniakan Alloh SWT kepada Ummat Manusia.
    Dalam Gerakan Roddat ada Dua Macam yaitu :
    Roddad hanya dengan badan dengan mengikutsertakan anggukan kepala yang diserasikan dengan Notasi irama rebana.
    Roddad badan dengan Tarian tangan seakan-akan menulis lafadz Muhammad.
  2. KEPLOK TANGAN (Tashfiq).
    Dimaksudkan melahirkan rasa bahagia atas kehadliran Rosululloh SAW yang diyakini beliau hadir pada saat sejarah maulidNya dibacakan.
  3. Sementara SUARA KECIL (sulukh dalam istilah kaum Sufi) atau (Sambat dalam bahasa jawa) atau (Nida’ dalam bahasa Arab) dimaksud kan untuk bermunajat dan mengadu kepada Alloh SWT dan memohon Syafaat dari Rosululloh SAW.

Aspek Hukum yang dipakai landasan atas semua tatalaksana dalam Hadroh.
Landasan hukum yang dipakai dasar pada tatalaksana Hadroh adalah tetap dalam lingkup ilmu Fiqih ala Madzhibil Arba’ah dan hal itu beliau tulis dalam kitab Qonun Al Hadroh yang menerangkan hukum dan fadlilah Maulid Nabi, hukum Roddad, Hukum Keplok, Hukum Lagu, Hukum Suara sulukh, Hukum memanjangkan lafadz pendek dan atau sebaliknya, dan tentunya hukum Rebana. disamping itu semua kitab tersebut juga berisi Muroddah (beberapa bacaan sholawat Hadroh yang dipakai sebagai jawaban pada setiap Mukhud).

( MzL )

Berita terkait

spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini